Rabu, 07 Maret 2012

Cara Mencegah dan Mengatasi Kerusakan Alam

Akibat ketamakan dan keserakahan manusia terhadap alam,gunung, bukit, dan hutan menjadi gundul karena penebangan pohon-pohon secara liar dan pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian oleh manusia yang tidak bertanggungjawab itu. Sungai-sungai menjadi banjir karena banyak sampah-sampah yang menumpuk. Udara menjadi tercemar akibat asap kendaraan bermotor dan asap pabrik menjadi polusi udara, yang pada akhirnya meningkatkan proses Global Warming (Pemanasan Global).
Banyak sekali perusakan yang terjadi di sekitar kita yang tiada lain karena ulah manusia itu sendiri. Contoh lain perusakan alam diantaranya:
  1. Penggunaan pupuk yang berlebihan, sehingga menyebabkan air tanah menjadi tercemar dan tanah tidak produktif lagi.
  2. Penggunaan bom ikan dan pembuangan limbah ke laut, mengakibatkan air laut menjadi tercemar, terumbu karang banyak yang rusak, sehimgga ikan-ikan banyak yang mati.
  3. Pengurasan hasi-hasil tambang secar aterus-menerus.
  4. Penggunaan air tanah secara berlebihan, sehingga pada musim kemarau terjadi kekeringan.
  5. dan masih banyak yang lainnya.
Tanah longsor, banjir, kekeringan, pencemaran(air, udara, tanah), abrasi dan erosi adalah akibat yang ditimbulkan dari tindakan perusakan alam yang dilakukan oleh para manusia yang tidak bertanggungjawab, dan pada akhirnya akan menyengsarakan dirinya sendiri dan orang lain.
Ada banyak hal yang dpat kita lakukan untuk mencegah perusakan terhadap alam, di antaranya:

Menghemat pemakaian kertas dan pelastik.
  Menghemat penggunaan energi(minyak, listrik,dll).
Menghemat dalam menggunakan air tanah.
Selalu melakukan penghijauan.
Menggunakan energi alternatif(jika ada)
Selalu menggunakan prinsip 4R(Reduce, Reuse, Recycle, Repair).
Selalu menjaga dan mencegah alam dari perusakan.

Kerusakan Lingkungan




Kerusakan lingkungan adalah deteriorasi lingkungan dengan hilangnya sumber daya air, udara, dan tanah; kerusakan ekosistem dan punahnya fauna liar. Kerusakan lingkungan adalah salah satu dari sepuluh ancaman yang secara resmi diperingatkan oleh High Level Threat Panel dari PBB. The World Resources Institute (WRI), UNEP (United Nations Environment Programme), UNDP (United Nations Development Programme), dan Bank Dunia telah melaporkan tentang pentingnya lingkungan dan kaitannya dengan kesehatan manusia, pada tanggal 1 Mei 1998.
Kerusakan lngkungan terdiri dari berbagai tipe. Ketika alam rusak dihancurkan dan sumber daya menghilang, maka lingkungan sedang mengalami kerusakan. Environmental Change and Human Health, bagian khusus dari laporan World Resources 1998-99 menjelaskan bahwa penyakit yang dapat dicegah dan kematian dini masih terdapat pada jumlah yang sangat tinggi. Jika perubahan besar dilakukan demi kesehatan manusia, jutaan warga dunia akan hidup lebih lama. Di negara termiskin, satu dari lima anak tidak bisa bertahan hidup hingga usia lima tahun, terutama disebabkan oleh penyakit yang hadir karena keadaan lingkungan yang tidak baik. Sebelas juta anak-anak meninggal setiap tahunnya, terutama disebabkan oleh malaria, diare, dan penyakit pernapasan akut, penyakit yang sesungguhnya sangat mungkin untuk dicegah.

Contoh Kerusakan lingkungan Pesisir Jawa


Indonesia dikaruniai jumlah pulau yang cukup banyak, dimana sedikitnya ada 17.508 pulau kecil maupun besar yang menaburi perairan nusantara dari Sabang hingga Marauke. Pulau Jawa merupakan salah satu pulau besar yang berada tepat di tengah-tengah perairan Indonesia. Ciri yang paling menonjol dari Pulau Jawa adalah kepadatan penduduk yang sangat tinggi (tertinggi di Indonesia), yakni hampir 60% jumlah penduduk Indonesia hidup dan tinggal di Pulau Jawa. Dari hasil Susenas 1980 hingga tahun 2000, identitas Pulau Jawa sebagai pulau terpadat di Indonesia belum juga hilang. Ironisnya, sebagian pulau lain, seperti Maluku dan Papua, yang luasnya masing-masing hampir empat dan lima kali luas Pulau Jawa hanya dihuni oleh sekitar 2 hingga 5 persen dari total penduduk Indonesia.
Praktek-praktek pembangunan yang bias daratan pasca diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 (sebelumnya UU No. 22 Tahun 1999) tentang Pemerintahan Daerah, mendorong percepatan eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan dalam beberapa tahun terakhir. Bergesernya kepentingan eksplorasi menjadi eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan, secara besar-besaran, dirasa sudah jauh meninggalkan prinsip-prinsip keselamatan lingkungan. Hal ini tidak hanya berdampak pada kerusakan lingkungan bio-fisik saja, namun juga turut memberikan tekanan yang cukup besar terhadap kesejahteraan masyarakat yang terlanjur menggantungkan kehidupannya pada pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan.

Di Propinsi Jawa tengah, misalnya, tidak kurang dari 4 juta masyarakat pesisir hidup dalam kemiskinan. Demikian juga di Propinsi Jawa Timur, setidaknya sepertiga (33,86%) dari masyarakat desa yang tinggal di pesisir dalam kondisi miskin. Bahkan, di Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Sumenep lebih dari 50% dari total jumlah penduduknya dalam kategori miskin.Selain itu, aktivitas pembangunan di Pesisir Jawa juga berimplikasi buruk terhadap kehidupan masyarakat pesisir. Kasus reklamasi Pantai Utara Jakarta seluas 2.700 Ha dengan panjang 32 Km yang membentang dari Tangerang hingga Bekasi, telah menyebabkan hilangnya perkampungan dan pekerjaan ribuan nelayan di Kanal muara Angke, Muara Baru, Kampung Luar Batang, pemukiman di depan Taman impian Jaya Ancol serta Marunda Pulo.
Hal serupa juga dialami oleh masyarakat pesisir Semarang, dimana pemerintah secara terang-terangan melakukan perampasan tempat tinggal, pekerjaan, dan identitas nelayan tradisional. Pencaplokan lahan masyarakat pesisir seluas 108 hektar untuk pembangunan tempat wisata dan perumahan mewah telah mengakibatkan nelayan kehilangan hak atas sumber daya pesisir dan laut sebagai tempat hidup dan mencari penghidupan. Pasca pencaplokan tersebut, tercatat 20 orang perempuan dari desa pesisir tersebut terpaksa menjadi pekerja seks akibat hilangnya sumber pencahariaan mereka sebagai pengolah hasil perikanan pasca tangkap, seperti pengasapan ikan dan terasi. Sedangkan sebagian besar nelayan terpaksa menjadi kuli bangunan, penarik becak, dan buruh pabrik untuk memenuhi kebutuhan hidup ala kadarnya. Gizi dan kesehatan tidak lagi menjadi perhatian masyarakat, akibatnya berbagai wabah penyakit, seperti disentri, malaria, demam berdarah, dan penyakit kulit bermunculan. Kejadian yang lebih menyedihkan lagi bahwa 5 bayi meninggal di tahun 2000 akibat kurang gizi, dan satu di antaranya tanpa tempurung kepala.
Menyelamatkan Pulau Jawa, Menyelamatkan 60% Penduduk IndonesiaMenyelamatkan Pesisir Jawa, Menyelamatkan 65% Penduduk Pulau Jawa